Hanasaka Jiisan (Kakek pemekar bunga) bagian terakhir/Saigo

Dia pergi ke kebun bersama istrinya untuk menaburkan abu di sekitar ladang. Tiba-tiba, hembusan angin meniup beberapa abu menuju rumpun pohon sakura tua. Kemudian keajaiban lain terjadi !

Itu sudah musim dingin
, dan pohon-pohon sakura sudah tidak berbunga. Namun, setelah abu menyentuh cabang-cabang mereka, pohon-pohon itu langsung mekar. 



Halaman belakang pria tua itu berubah menjadi gambaran dari musim semi yang indah."Ini adalah hadiah lain dari Shiro !"

Orang tua itu berjalan di sekitar desa, menaburkan abu atas pohon lainnya. Dengan segera, seluruh desa dipenuhi dengan bunga sakura yang indah, dan hati orang tua itu dipenuhi dengan sukacita, terkenang dengan sahabatnya.


 
Kabar menyebar dan sampai ke telinga tuan Samurai. Dia mengundang orang tua ke kastil dan meminta untuk membuat pohon sakuranya mekar. Ketika orang tua itu menggunakan abunya, tuan Samurai sangat terkesan. Dia menulis puisi Haiku dan memberikannya kepada orang tua. Isinya :

Hidup semangat Loyal 
Dalam hati manusia dan binatang 
Membuat pohon layu mekar

Orang tua itu menjawab dengan haiku sendiri, isinya :

Suka dan duka 
Seperti angin berhembus melalui sakura 
Tapi persahabatan adalah tetap

Tuan Samurai meminta maaf kepada orang tua atas perilaku buruk anaknya. Sang pangeran dihukum berat karena keserakahan dan mementingkan diri sendiri. Tuan Samurai sangat menghargai orang tua, Ia memberinya perak dan emas, dan mengirimnya pulang dengan sebuah kehormatan besar.



Setelah itu, semua orang memanggilnya Kakek pemekar sakura. Orang tua dan wanita tua hidup bahagia selama bertahun-tahun.

0 komentar:

Posting Komentar